Baru ditunjuk menjadi pengganti almarhumah dr. Endang Sedyaningsih, Menteri kesehatan kita yang baru dr. Nafsiah Mboi langsung bikin geger dengan programnya kampanye kondom untuk remaja. Entah apa alasan pasti yang melatarbelakangi hal itu, yang jelas ini adalah suatu program yang kontroversial yang membuat masyarakat terkejut. Banyak pihak yang menyayangkan hal tersebut. Salah satunya adalah pernyataan dari Presidium MER-C, Jose Rizal Jurnalis, “Nafsiah hanya melihat statistik saja. Dia tidak melihat moralitas dan sebagainya, padahal persoalan ini juga menyangkut moral. Kampanye itu sama saja, silahkan hubungan seks karena ada kondom. Ini kacau, hubungan seks bebas dilarang, kalau pakai kondom tidak apa-apa,”
Alasan kampanye kondom kali ini sedikit berbeda namun sebenarnya mirip dengan alasan yang sudah-sudah, yaitu penggunaan kondom untuk mencegah kehamilan yang berisiko. Yang dimaksud dengan kehamilan yang berisiko adalah setiap hubungan seks yang berisiko menularkan penyakit atau berisiko memicu kehamilan yang tidak direncanakan. Kampanye ini penting mengingat masih banyak kasus kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada anak-anak remaja. Selain itu, kampanye itu juga ditujukan untuk menurunkan angka kejadian HIV-AIDS karena kasusnya masih tinggi. Menurunkan angka kejadian HIV-AIDS merupakan bagian dari program MDGs (Millenium Development Goals).
Logika yang Salah dan Mungkar
Penggunaan Kondom untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan dan untuk mengurangi angka HIV-AIDS. Yap.. itulah logikanya.
Logika tersebut adalah logika yang salah dengan beberapa alasan:
Mari kita cermati satu per satu. Pertama, penggunaan kondom untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada remaja. Kesalahan logika ini adalah bahwa logika ini hanya fokus kepada dampak yang timbul, tidak melihat fakta secara keseluruhan. Kehamilan yang tidak direncanakan merupakan akibat dari perilaku seks bebas yang terjadi dikalangan remaja. Penggunaan kondom, dalam hal ini, mungkin bisa saja mencegah kehamilan yang tidak direncanakan itu, namun hal ini tidak akan bisa menghentikan perilaku seks bebas. Padahal sesungguhnya perilaku seks bebas lah yang menjadi penyebab timbulnya kehamilan yang tidak terencana tersebut.
Kedua, penggunaan kondom untuk mengurangi angka HIV-AIDS. Pertanyaannya, seberapa efektif kah penggunaan kondom itu untuk mengurangi penularan HIV-AIDS? Kembali kepada faktor penyebab tadi, penularan HIV-AIDS juga merupakan buah dari perilaku seks bebas. Walaupun penularan HIV-AIDS bisa dengan cara lain, misalnya lewat penggunaan jarum suntik, dll, namun cara penularan yang paling umum adalah melalui seks bebas. Lagi-lagi, logika ini tidak berdasar dan sangat lemah.
Maka, logika semacam ini sangat tidak layak dijadikan dasar dalam melegitimasi program kampanye kondom untuk remaja. Remaja, adalah masa transisi dari proses kehidupan seseorang. Di masa ini, pemikiran remaja belumlah matang sepenuhnya. Emosi mereka masih labil dan cenderung bertindak tanpa pertimbangan yang tepat. Nah, jika kepada mereka disodorkan program penggunaan kondom ini, maka yang terjadi adalah semakin meningkatnya jumlah remaja yang melakukan seks bebas, bukan malah mengurangi atau menghentikan perilaku tersebut.
Logika ini tidak hanya lemah tapi juga mengandung kemungkaran. Betapa tidak, secara tidak langsung kampanye kondom ini akan menstimulasi para remaja untuk melakukan seks bebas. Kondom yang pada awalnya dilarang distribusinya kepada remaja, sekarang malah diperbolehkan dan bahkan disodorkan ke hadapan mereka. Hal ini berarti memberikan jalan kepada mereka untuk melakukan perzinaan. Apa jadinya negeri ini jika generasi mudanya sudah tidak malu lagi untuk berbuat zina?? Ketika perbuatan zina telah merebak di negeri ini, maka tiada lain yang datang adalah Adzab dari Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
Apabila zina dan riba telah nampak di suatu negeri, maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan diri mereka dari azab Allah (HR al-Thabarani dan al-Hakim).
Permasalahan Cabang
Inti masalah dari isu kampanye kondom untuk remaja ini sesungguhnya adalah perilaku seks bebas. Bagi kita yang masih bisa berfikir secara rasional, maka kita akan mendapatkan bahwa solusi ini merupakan solusi yang bodoh lagi membodohkan masyarakat. Namun entah mengapa, justru pemerintah sendiri yang memunculkan program seperti itu. Jika kita menanyakan lebih jauh lagi, Ada apa di balik semua itu???
Ada beberapa kemungkinan jawaban yang bisa kita dapatkan:
Pertama, Pemerintah hanya fokus terhadap masalah penularan penyakit dan kehamilan yang terjadi pada remaja tanpa memandang bahwa perilaku seks bebas lah yang sebenarnya menjadi sumber masalahnya, sehingga kampanye kondom ini muncul sebagai jawaban untuk menyelesaikan permasalahan itu. Jadi dalam hal ini Pemerintah murni dianggap tidak mengetahui masalah utama dan solusi yang tepat.
Kedua, Pemerintah melakukan hal ini karena telah dipengaruhi oleh Ideologi Kapitalisme Liberal. Dalam pandangan Ideologi ini, berhubungan seks di luar nikah dapat dianggap wajar karena hal ini merupakan bagian dari kebebasan individu. Pemerintah tidak dapat ikut campur dalam masalah privasi seseorang termasuk dalam masalah seks bebas. Jadi pemerintah menganggap bahwa seks bebas itu adalah hak dari warga negaranya sehingga pemerintah tidak boleh menghalanginya. Maka yang dapat dilakukan oleh pemerintah hanyalah mengurangi dampak seks bebas tersebut, salah satunya dengan penggunaan kondom.
Bukan berarti alasan pertama itu dibolehkan. Promosi kondom untuk siapapun untuk perbuatan seks bebas tetap tidak dapat dibenarkan. Alasan kedua inilah yang menjadi masalah sebenarnya. Paham Liberal yang disusupkan ke negeri kita ini telah membuat pemerintah kita buta, buta melihat permasalahan yang sesungguhnya.
Jika kita cermati, masalah seks bebas ini muncul akibat tidak adanya aturan yang mengatur interaksi antara laki-laki dan perempuan.
Solusi Pasti..!
Setelah kita mencermati fakta, kita dapat menyimpulkan bahwa kerusakan moral ini terjadi akibat tidak diterapkan sistem islam di tengah-tengah masyarakat. Ketiadaan sistem yang menjaga kehidupan sosial di masyarakat membuat kehidupan masyarakat menjadi kacau. Pemerintah yang semestinya menjaga kehormatan warga negaranya malah menjadi promotor kemungkaran.
Dalam sistem islam, solusi untuk mengatasi masalah seks bebas adalah dengan diberlakukannya larangan untuk berbuat zina. Laki-laki dan perempuan yang berzina akan dihukum dera 100 kali atau dihukum rajam. Hukuman ini dilakukan oleh aparat negara dan disaksikan di hadapan khalayak ramai. Sehingga hukum ini tidak hanya berfungsi sebagai penebus dosa tapi juga menjadi pencegah agar orang lain tidak melakukan hal yang serupa. Dan dengan demikian penyakit menular seksual seperti HIV-Aids dapat teratasi.
Untuk menerapkan hukum seperti itu, tentu terlebih dahulu semua aspek kehidupan harus di-Islamisasi, maksudnya, semua sistem, sistem ekonomi, sosial budaya, politik, pendidikan, kesehatan, media publik harus tunduk di bawah aturan Syariat Islam. Tidak bisa seseorang dihukum sementara negara belum mendidik warganya untuk menjauhi perbuatan yang diharamkan tersebut. Pemberlakuan hukuman seperti itu di saat aturan islam belum diterapkan secara kaffah merupakan suatu kezaliman.
Khilafah adalah satu-satunya solusi terhadap semua permasalahan yang ada saat ini, termasuk permasalahan sosial. Negara Khilafah akan menjaga kehormatan setiap warga negaranya, menjaga hartanya, dan menjaga pemikirannya. Khilafah yang akan mendidik generasi muda agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan.
like this
BalasHapus